Subscribe:

Pages

Labels

Sample text

Ads 468x60px

Social Icons

Sample Text

 

Friday, December 7, 2012

Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh


Pembelajaran jarak jauh seperti yang sering kita dengar ialah pembelajaran yang mengutamakan kemandirian. Guru dapat menyampaikan materi ajar kepada peserta didik tanpa harus bertatap muka langsung di dalam suatu ruangan yang sama. Pembelajaran semacam ini dapat dilakukan dalam waktu yang sama maupun tidak dengan memanfaatkan berbagai macam alat teknologi. Meskipun teknologi merupakan bagian integral dari pendidikan jarak jauh, namun program pendidikan harus difokuskan pada kebutuhan instruksional peserta didik daripada teknologinya itu sendiri. Selain itu, aspek-aspek lain dari pembawaan masing-masing peserta didik juga perlu diperhatikan seperti, umur, kultur, latar belakang sosioekonomi, minat, pengalaman, level pendidikan, dan terbiasa atau tidaknya dengan metode pendidikan jarak jauh. Factor yang penting untuk keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah perhatian, percaya diri pendidik, pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreatif menggunakan alat, dan menjalin interaksi dengan peserta didik.

Pada pembangunan system perlu diperhatikan tentang desain dan pengembangan system, interactivity, active learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif.

1. Desain dan pengembangan system. Proses pengembangan instruksional untuk pendidikan jarak jauh terdiri dari tahap perancangan, pengembangan, evaluasi, dan revisi. Dalam mendesain instruksi pendidikan jarak jauh yang efektif, harus diperhatikan, tidak saja tujuan, kebutuhan, dan karakteristik pendidik dan peserta didik, tetapi juga kebutuhan isi dan hambatan teknis yang mungkin terjadi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, spesialis pembuat isi, dan peserta didik selama dalam proses berjalan.

2. Interactivity. Keberhasilan system pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik, antara peserta didik dan lingkungan pendidikan, antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.

3. Active learning. Partisipasi aktif pendidikan jaraj jauh memengaruhi cara bagaimana mereka berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

4. Visual imagery. Pembelajaran melalui televisi dapat memotivasi dan merangsang keinginan dalam proses pembelajaran. Namun, jangan sampai terjadi distorsi karena adanya hiburan. Harus ada penyeleksian antara informasi yang tidak berguna dengan yang berkualitas, menentukan mana yang layak dan tidak, mengidentifikasi penyimpangan, membedakan fakta dari yang bukan fakta, dan mengerti bagaimana teknologi dapat memberikan informasi berkualitas.

5. Komunikasi yang efektif. Desain instruksional dimulai dari harapan pemakai, dan mengenal mereka sebagai individual yang memounyai pandangan yang berbeda dengan peancang system. Dengan memahami keinginan pemakai maka dapat dibangun suatu komunikasi yang efektif. (Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 35-36).

Pembelajaran jarak jauh memungkinkan para peserta mengambil kelas kapanpun dan dimanapun. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyesuaikan pendidikan dan pelatihannya dengan tanggung jawab dan komitmen-komitmen lainnya, seperti keluarga dan pekerjaan. Ini juga memberi kesempatan kepada para peserta yang mungkin tidak dapat belajar karena keterbatasan waktu, jarak atau dana untuk ikut serta. Walaupun demikian untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh tersebut kita juga harus memperhatikan prinsip-prinsipnya, yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, teramati, dan terukur untuk mengubah perilaku peserta didik.

2. Relevan dengan kebutuhan. Program belajar jarak jauh harus relevan dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja, atau lembaga pendidikan.

3. Mutu pendidikan. Pengembangan program belajar jarak jauh upaya meningkatkan mutu pendidikan yaitu proses pembelajaran yang ditandai dengan pembelajaran lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih produktif.

4. Efisiensi dan efektivitas program. Efisiensi mencakup penghematan dalam penggunaan biaya, tenaga, sumber dan waktu, sedapat mungkin menggunakan hal-hal yang tersedia.

5. Efektivitas. Memperhatikan hasil-hasil yang dicapai oleh lulusan, dampaknya terhadap program dan terhadap masyarakat.

6. Pemerataan. Hal ini berkaitan dengan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, khususnya bagi yang tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena lokasinya jauh atau sibuk bekerja.

7. Kemandirian. Kemandirian baik dalam pengelolaan, pembiayaan, maupun dalam kegiatan belajar.

8. Keterpaduan. Keterpaduan, yang dimaksud adalah keterpaduan berbagai aspek seperti keterpaduan mata pelajaran secara multi disipliner.

9. Kesinambungan. Penyelenggaraan belajar jarak jauh tidak insidental dan sementara, tetapi dikembangkan secara berlanjut dan terus menerus.

0 komentar:

Post a Comment